SELAMAT DATANG... di Blog DPRa PKS Kalianyar semoga semua tulisan yang ada diblog ini bermanfaat

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Senin, 06 Agustus 2012

Buka Puasa Bersama Dengan Dhuafa

PKS Kalianyar - Ramadhan tahun ini menjadi momentum yang terbaik, terutama bagi para kader PKS di Kalianyar dalam memanfaatkan bulan suci ini. Seperti ditahun sebelumnya, ramadhan kali ini kembali menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama (ifthor jama'i) kembali bersama para kader, saksi, simpatisan, tokoh masyarakat, dan tidak ketinggalan pula mengajak para kaum dhuafa yang berada di wilayah Kalianyar ini. 


Para kader PKS Kalianyar tetap bersemangat dan terus bekerja meski ada atau tidak adanya pilkada/pemilu. Ahad (5/8/2012) sore, PKS Kalianyar menggelar ifthor jama'i di jalan Kalianyar V sekaligus memperat kembali tali silaturahim dan memperkuat ukhuwah bersama para saksi dan tokoh masyarakat di Kalianyar setelah pada bulan kemarin mengikuti proses pemilihan gubernur DKI Jakarta yang baru. 


Meski belum 'menang' calon yang diusung oleh PKS (Hidayat+Didik) dalam pemilihan kemarin, namun itu tidak menyurutkan langkah kaki dan semangat untuk terus bekerja agar Jakarta menjadi lebih baik lagi. Acara ini dipandu langsung oleh ketua Ranting PKS Kalianyar, Akram Khasani. 


Dalam sambutannya beliau menyatakan terima kasih kepada masyarakat Kalianyar yang telah memilih dan mendukung secara ikhlas calon yang diusung oleh PKS dalam pemilihan gubernur kemarin. 


Hadir dalam acara ini juga tokoh dan juga sekaligus ketua RW 03 bapak Soemarto. Beliau menyatakan bersyukur atas berjalannya pemilihan gubernur kemarin berjalan dengan lancar di wilayah kelurhan Kalianyar ini dan berterima kasih pada kader PKS yang telah mengadakan acara berbuka puasa ini bersama para kaum dhuafa. 


Acara ini juga diisi dengan  pemberian 'Kado Cinta' ramadhan oleh PKS Kalianyar kepada kaum dhuafa. Rata-rata para dhuafa yang hadir ini adalah kaum ibu. Ifthor jama'i yang diadakan oleh PKS Kalianyar ini diikuti sekitar 80 orang dari masing-masing perwakilan RW di Kalianyar. ■ sya

Minggu, 05 Agustus 2012

Muslim Rohingya: Kami Tak Mau Pulang



PKS Kalianyar Masih tentang Muslim Rohingya. Sobat Nida, berita teranyar dari mereka yang terdampar di Indonesia, Muslim Rohingya yang bisa melarikan diri keluar dari Myanmar menyimpan trauma amat dalam soal penindasan dan pembantaian di negaranya.


Dua pengungsi Rohingya tahanan Ditjen Imigrasi yang ditemui Republika di Bogor, Jawa Barat, menceritakan kisah pilu bagaimana tersiksanya menjadi Islam di Myanmar.


Yang berbicara banyak adalah Rofik (17 tahun). Ia bersama rekannya, Ibrahim (16), terpisah dari rombongan besar mereka sebanyak 20 orang yang sebelumnya ditahan Ditjen Imigrasi. Namun, rekan mereka melarikan diri dan meninggalkan Rofik-Ibrahim tanpa uang. Mereka akhirnya menyerahkan diri ke Polresta Bogor yang kemudian mengontak Kantor Imigrasi Kota Bogor untuk membawa keduanya.


Saat ditemui di Kantor Imigrasi Bogor, keduanya tampak rapi dengan celana panjang dan kaus. Rambut mereka klimis. Tapi, kepala selalu menunduk dan diam. Keduanya memilih memainkan jari-jari tangan sebelum akhirnya menceritakan kisah mereka.


“Di Myanmar kami tidak diakui sebagai warga negara. Akibatnya kami sulit hidup,” ucap Rofik, pengungsi yang bisa berbahasa Melayu, menjawab pertanyaan Republika.


Ia mengungkapkan, ummat Islam sukar hidup layak dan selalu mendapat perlakuan diskriminatif di Provinsi Arakan, Myanmar. Militer, Rofik menyebutnya sebagai infanteri pembantai, kerap melakukan razia ke rumah-rumah etnis Rohingya.


Naas bagi yang ketahuan memeluk Islam atau malah sedang shalat. Dalam satu kesempatan, kata Rofik, tentara mendobrak rumah warga Rohingya. Mereka juga pernah menghabisi warga yang sedang shalat. “Masjid di tempat saya dibakar. Saudara-saudara saya yang sedang shalat di dalamnya dibunuh. Ditebas pedang,” kata Rofik.


Melihat peristiwa tragis itu membuat Rofik dan pemuda Rohingya lainnya trauma. Mereka takut shalat. Tak jarang mereka sengaja melewatkan shalat karena khawatir terkena razia militer. Razia pun tak kenal waktu. Bisa siang atau malam. Rofik mengatakan, saat razia militer berlangsung malam hari terdengar jeritan-jeritan warga yang tengah disiksa. “Saudaraku dipotong dulu telinganya, lalu hidungnya kemudian tangannya, dan dibiarkan mati,” kata Rofik.


Ingin kembali ke kampung halaman? Tegas Rofik menjawab sambil menggeleng, “Tidak!“ Ketika ditunjukkan berita dengan foto pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, Rofik mengatakan, “Aung San Suu Kyi pun diam untuk kami. Kami tak pernah dianggap menjadi seorang Myanmar.”


Rombongan Rofik dan Ibrahim mengaku baru keluar dari Arakan awal Juli. Mereka melarikan diri lewat jalur laut, menyusuri pesisir barat Thailand dan singgah sebentar di Malaysia. Mereka ingin ke Pulau Christmas, Australia. 


Tidak bisa tidak. Rohingya harus dibantu secara konkrit. Nggak cukup hanya dengan kecaman dan turun ke jalan. Mereka butuh uluran tangan saudara kita, Sob! So... untuk Sobat Nida yang punya rezeki berlebih dan ingin mendapat keutamaan sedekah di bulan Ramadhan, Nida mengajak Sobat semua untuk menyisihkan sebagian harta kita melalui program Dari Sobat Nida Untuk Rohingya melalui rekening Bank Syariah Mandiri atas nama Yayasan Insan Media Peduli no. rekening 039-010-7788 (Untuk memudahkan, nominal yang ditransfer harap ditambah 100. Misal: Rp. 500.100). Selanjutnya hasil sumbangan ini akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).


Sobat Nida yang telah mentransfer silakan meng-sms ke 0838-99-6474-39 dengan format: nama-waktu transfer-jumlah transfer, sehingga dana yang terkumpul dapat Nida infokan secara berkala di web annida-online.


---------------
Sumber : ROL

Dari Sobat Nida untuk Rohingya



PKS Kalianyar - Coba bayangin deh, Sob, ketika kemarin kita di Indonesia menyambut Ramadhan dengan sukacita. Menjalani hari-harinya kini juga leluasa khusyuk-nya. Di negara tetangga yang masih di kawasan Asia Tenggara, saudara seiman kita justru mengalmai hal sebaliknya. Kehidupan berat demi mempertahankan akidah harus mereka lalui. Penindasan, perampokan, penculikan, pemerkosaan, hingga pembunuhan menjadi hal lumrah yang mereka terima sehari-harinya di tanah kelahiran mereka sendiri. Merekalah saudara kita. Ummat Islam minoritas Rohingya di Myanmar.


Begitulah faktanya. Demokrasi dan HAM itu antara ada dan tiada. Keduanya ada tapi hanya untuk kalangan terbatas. Keduanya sepakat tiada untuk satu: ummat Islam. Bukan tanpa sebab, di belahan bumi mana pun, selalu ada ummat Islam yang ditindas di tanah kelahirannya sendiri. Yang paling teranyar terjadi di negara tetangga dekat Indonesia: Myanmar.


Selama kurun waktu kurang dari dua bulan, ribuan (sekitar 6ribu-an) umat Islam etnis Rohingya di Arakan, Myanmar, terbunuh. Ribuan dari mereka ditindas, diculik, dirampok, hingga diperkosa (Republika). Tempat ibadah pun tak luput dari aksi kebrutalan warga negara yang mayoritas beragama Buddha tersebut. Tercatat sekitar 20-an masjid dibakar (Eramsulim).


Mereka yang tidak kuat menahan penderitaan banyak yang lebih memilih meninggalkan kampung halamannya menuju Bangladesh hingga ke Indonesia. Bahkan ada beberapa yang sedang melakukan perjalanan ke Pulau Christmast, Australia, berharap mendapat suaka dan pekerjaan yang layak di sana.


PBB dan Amerika Serikat yang katanya polisi dunia pun belum bereaksi atas penindasan ini. Mereka seolah tak mau tau karena korbannya adalah ummat Islam. Bahkan Aung San Suu Kyi, parlemen Myanmar yang sukses menerima Nobel Perdamaian masih bungkam hingga sekarang. Jelas sekali mereka acuh terhadap penindasan yang dialami umat Islam di sana. Mereka tak menghendaki keberadaan ummat Islam Rohingya!


Di seberang sana... ratusan masyarakat sipil yang sedang dijajah oleh bangsa asing keji bernama zionis Israel, berbondong-bondong turun ke jalan dan memberi bantuan untuk muslim Rohingya. Berupaya membuka mata dunia bahwa walaupun mereka sedang dijajah, tapi mereka peduli terhadap sesama Muslim di belahan dunia yang lain. Turkey yang merupakan negara sekuler, terus mengalirkan bantuannya kepada pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh.


Bagaimana dengan kita? Sebagai warga dari negara yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia, apakah kita masih sibuk dengan urusan pribadi? Memuja dan memuji artis pujaan sampai mati? Hmmm... pasti nggak mau kalah kan Sob!


Tidak bisa tidak. Rohingya harus dibantu secara konkrit. Nggak cukup hanya dengan kecaman dan turun ke jalan. Mereka butuh uluran tangan saudara kita, Sob! So... untuk Sobat Nida yang punya rezeki berlebih dan ingin mendapat keutamaan sedekah di bulan Ramadhan, Nida mengajak Sobat semua untuk menyisihkan sebagian harta kita melalui program Dari Sobat Nida Untuk Rohingya melalui rekening Bank Syariah Mandiri atas nama Yayasan Insan Media Peduli no. rekening 039-010-7788 (Untuk memudahkan, nominal yang ditransfer harap ditambah 100. Misal: Rp. 500.100). Selanjutnya hasil sumbangan ini akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).


Sobat Nida yang telah mentransfer silakan meng-sms ke 0838-99-6474-39 dengan format: nama-waktu transfer-jumlah transfer, sehingga dana yang terkumpul dapat Nida infokan secara berkala di web annida-online.


***




Populasi Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7 juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.


Mereka kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.


Pada tahun 1978 dan 1991, pihak militer Burma meluncurkan operasi khusus untuk melenyapkan pimpinan umat Islam di Arakan. Operasi tersebut memicu terjadinya eksodus besar-besaran dari kaum Rohingya ke Bangladesh. Dalam operasi khusus itu, militer tak segan-segan menggunakan kekerasan yang cenderung melanggar hak asasi manusia.






Burma Digest juga mencatat, pada tahun 2005, telah muncul perintah bahwa anak-anak Muslim yang lahir di Sittwe, negara bagian Rakhine (Arakan) tidak boleh mendapatkan akta kelahiran. Hasilnya, hingga saat ini banyak anak-anak yang tidak mempunyai akta lahir. Selain itu, National Registration Cards (NRC) atau kartu penduduk di negara Myanmar sudah tidak diberikan lagi kepada mereka yang memeluk agama Islam.


Mereka yang sangat membutuhkan NRC harus rela mencantumkan agama Buddha pada kolom agama mereka. Bahkan, Pemerintah Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga negara kelas tiga. Umat Islam di negera itu juga merasakan diskriminasi di bidang pekerjaan dan pendidikan.


Umat Islam yang tidak mengganti agamanya tak akan bisa mendapatkan akses untuk menjadi tentara ataupun pegawai negeri.  Tak hanya itu, istri mereka pun harus berpindah agama jika ingin mendapat pekerjaan.


Pada Juni 2005, pemerintah memaksa seorang guru Muslim menutup sekolah swastanya meskipun sekolah itu hanya mengajarkan kurikulum standar, seperti halnya sekolah negeri, pemerintah tetap menutup sekolah itu.


Sekolah swasta itu dituding mengajak murid-muridnya untuk masuk Islam hanya karena sekolah itu menyediakan pendidikan gratis. Selain itu, pemerintah juga pernah menangkap ulama Muslim di Kota Dagon Selatan hanya karena membuka kursus Alquran bagi anak-anak Muslim di rumahnya. Begitulah nasib Muslim Rohingya.[seperti dikurip dari laman republika.co.id]


***


Seharusnya kita mampu meneladani kebiasaan mulia Rasul seperti yang tertuang dalam sebuah hadits riwayat Bukhari: “...dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” 

-----------------------
By Annida-Online
Foto: Republika Online